Tuesday 26 June 2012

Belum

Pagi tadi baca postingan dari adik kelas saya di SMA, dia Dina judulnya "Bukan Putus, Tapi Udahan" setelah semalamnya baca Love : Give and Given dan serentetan cerita dina tentang sesosok orang yang berarti untuk dia. Sudah saya tidak mau sok tau tentang ini.

Saat itu juga aku berpikir lagi dan lagi, mengulangi , mengingat satu demi satu yang kamu ucapkan kemarin malam saat kamu menjelaskan semuanya. Kenapa aku begitu bodoh, kenapa aku begitu terbawa emosi sampai-sampai membentakmu mungkin, maafkan aku :( . Kenapa selalu saat seperti ini aku "kenapa aku selalu gabisa mengendalikan emosi ?". Maafkan aku :(, kamu sedang dalam masalah aku malah bersikap seperti itu, maaf :( .

Yang terngiang-ngiang terus di pikiranku adalah kata-katamu,

"aku tau kamu sudah berkorban banyak buat aku, kamu udah tak gantungin lama banget, kamu berusaha ngga liat sana-sini cuma buat menjaga perasaanmu buat aku, aku tau pengorbananmu udah banyak, bantu aku, bantu aku menghancurkan tembok ini, tembok yang membuat aku sama kamu ngga bisa satu, aku tau dengan bilang yang sejujurnya sama kamu ini aku tahu konsekuensinya bikin kamu marah, kecewa, sakit hati, aku tau tapi tolong bantu aku hancurin ini , masalah kamu nanti masih mau sama aku atau engga itu urusan belakang, aku sudah siap dengan segala kemungkinannya"

"meskipun dulu aku bukan siapa-siapamu , aku juga pernah merasakan sakit hati saat kamu kembali sama dia, dan aku tahu itu bukan dari kamu sendiri"

dan semakin dipikir aku semakin mengingat kata-katamu saat aku ngambek sama kamu gara-gara jelesku yang dewa banget

"plis maaf, coba kamu pikir, buat apa aku jauh-jauh ke surabaya, buat apa aku rela hampir mati di jalan cuma buat kamu hm?"

dan saat itu kamu juga pernah bilang "maaf, kamu udah ngga percaya aa sama aku? beri aku kesempatan, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua ini"


Dan sekarang, let me.............

maaf :(, beri aku kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki semuanya ini, beri aku kesempatan satu kali lagi untuk membuat keadaan ini menjadi sama seperti 1 januari yang lalu, beri aku kesempatan untuk membantumu, aku mohon :(, percaya padaku 

Lilin yang sudah mencairpun cairannya masih bisa membuat api kecil itu hidup, begitu juga aku, aku masih tidak rela ini berakhir disini. Aku tidak bisa membiarkan apa yang sudah aku perjuangkan selama ini berhenti, putus asa saat berada di medan perang seperti saat ini. Aku tidak bisa, aku tidak bisa kalah sebelum berperang, aku juga tidak akan rela untuk putus asa di tengah peperangan, aku harus tetap berjuang  sampai api itu benar-benar mati, atau sampai api itu kembali berkobar dan berjaya seperti bagaimana mestinya.


Teman, sahabat, maaf aku masih belum bisa menyerah kalah sekarang, aku masih ingin berjuang, aku masih ingin berjuang untuk ini, agar aku tidak menyesalinya di kemudian hari, maaf aku yang merasakan bukan aku yang memilih, karena memilih itu melihat bukan merasakan *Dina Nisrina* 








No comments:

Post a Comment